I.
JUDUL
PERCOBAAN : Penentuan Kadar Glukosa Darah
II.
HARI/TANGGAL
PERCOBAAN : Rabu,
26 September 2018, pukul
13.00-16.00
III.
TUJUAN
PERCOBAAN : Menentukan kadar glukosa dalam darah
IV.
DASAR
TEORI :
Glukosa
Glukosa, suatu gula monosakarida adalah
salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi
hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan
awal bagi respirasi. Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama
pada industri pangan. Glukosa adalah suatu aldoheksosa
dan sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya
terpolarisasi kearah kanan.


Glukosa
adalah sumber energi utama bagi tubuh. Hormon yang mempengaruhi kadar glukosa
adalah insulin dan glukagon yang berasal dari pankreas. Insulin dibutuhkan
untuk permeabilitas membran sel terhadap glukosa dan untuk transportasi glukosa
ke dalam sel (Joyce, 2013). Glukosa merupakan salah satu karbohidrat yang
sangat penting dan dibutuhkan sebagai sumber energi dan merupakan bahan bakar
utama bagi otak dan sel darah merah. Glukosa dapat diperoleh dari makanan yang
mengandung karbohidrat (Marks, 1996).
Glukosa Darah
Kadar
glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam
darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat
di dalam tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang
sempit sepanjang hari (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan
biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan
(Henrikson J. E. et al., 2009).
Kadar
glukosa darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah makan dan
kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar glukosa darah yang normal pada pagi
hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar glukosa
darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum
cairan yang mengandung glukosa maupun karbohidrat lainnya (Price, 2005).

Semua
sel dengan tiada hentinya mendapat glukosa ; tubuh mempertahankan kadar glukosa
dalam darah yang konstan, yaitu sekitar 80- 100 mg/dl bagi dewasa dan 80-90
mg/dl bagi anak, walaupun pasokan makanan dan kebutuhan jaringan berubah-ubah
sewaktu kita tidur, makan, dan bekerja (Cranmer H. et al., 2009)
Proses
ini disebut homeostasis glukosa. Kadar glukosa yang rendah, yaitu hipoglikemia
dicegah dengan pelepasan glukosa dari simpanan glikogen hati yang besar melalui
jalur glikogenolisis dan sintesis glukosa dari laktat, gliserol, dan asam amino
di hati melalui jalur glukonoegenesis dan melalui pelepasan asam lemak dari
simpanan jaringan adiposa apabila pasokan glukosa tidak mencukupi. Kadar
glukosa darah yang tinggi yaitu hiperglikemia dicegah oleh perubahan glukosa
menjadi glikogen dan perubahan glukosa menjadi triasilgliserol di jaringan
adiposa. Keseimbangan antarjaringan dalam menggunakan dan menyimpan glukosa
selama puasa dan makan terutama dilakukan melalui kerja hormon homeostasis
metabolik yaitu insulin dan glukagon ( Ferry R. J., 2008).
Sel
darah merah hanya dapat menggunakan glukosa sebagai bahan bakar. Ini kerana sel
darah merah tidak memiliki mitokondria, tempat berlangsungnya sebagian besar
reaksi oksidasi bahan seperti asam lemak dan bahan bakar lain. Sel darah merah memperoleh
energi melalui proses glikolisis yaitu pengubahan glukosa menjadi piruvat.
Piruvat akan dibebaskan ke dalam darah secara langsung atau diubah menjadi
laktat kemudian dilepaskan. Sel darah merah tidak dapat bertahan hidup tanpa
glukosa. Tanpa sel darah merah, sebagian besar jaringan tubuh akan menderita
kekurangan energi karena jaringan memerlukan oksigen agar dapat sempurna
mengubah bahan bakar menjadi CO2 dan H2O (Aswani V., 2010).
Pada tubuh manusia glukosa yang telah diserap oleh usus halus kemudian akan
terdistribusi ke dalam semua sel tubuh melalui aliran darah. Di dalam tubuh, glukosa tidak hanya
dapat tersimpan dalam bentuk glikogen di dalam otot & hati namun juga dapat
tersimpan pada plasma darah dalam bentuk glukosa darah (blood glucose).
Di dalam tubuh selain akan berperan sebagai bahan bakar bagi proses metabolisme, glukosa juga akan berperan
sebagai sumber energi utama bagi kerja otak. Melalui proses oksidasi yang
terjadi di dalam sel-sel tubuh, glukosa kemudian akan digunakan untuk
mensintesis molekul ATP (adenosine triphosphate) yang merupakan molukel
molekul dasar penghasil energi di dalam tubuh. Dalam konsumsi keseharian,
glukosa akan menyediakan hampir 50—75% dari total kebutuhan energi tubuh (Irawan, 2007).
Kekurangan
dan Kelebihan Glukosa
Bila kadar gula dalam darah melebihi
atau kurang dari batas normal maka sistem metabolisme dalam tubuh akan
terganggu. Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau
konsentrasi tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap 100 ml darah (Poedjiadi, 1994). Metabolisme glukosa
yang tidak normal dapat menyebabkan hiperglikemia (bila kadar gula darah berada
pada kadar tinggi ( > 110 mg/dl )) dan hipoglikemia ( bila kadar glukosa
darah terlalu rendah ( < 70 mg/dl ).
1.
Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah suatu kondisi di mana jumlah glukosa yang beredar
dalam plasma darah terlalu berlebihan, yaitu sampai diatas 110
mg/dL. Salah
satu contoh penyakit yang disebabkan oleh kadar glukosa yang terlalu
tinggi yaitu diabetes mellitus. Diabetes mellitus atau yang lebih dikenal
dengan kencing manis merupakan penyakit yang timbul karena suatu gangguan dari
pankreas, yaitu organ tubuh
yang biasa menghasilkan insulin dan sangat berperan dalam metabolisme glukosa
bagi sel tubuh (Achjadi 2003).
2.
Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah suatu keadaan
dimana kadar gula darah hingga dibawah 60 mg/dl. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan
kadar gula darah antara 70-110 mg/dL. Sementara pada penderita diabetes, kadar
gula darahnya tersebut berada pada tingkat terlalu tinggi, sedangkan pada
penderita hipoglikemia, kadar gula darahnya berada pada tingkat terlalu rendah. Kadar gula darah yang rendah
menyebabkan berbagai sistem organ tubuh mengalami kelainan fungsi. Otak sebagai
organ yang sangat peka terhadap kadar gula darah yang rendah, akan memberikan
respon melalui sistem saraf, merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan
epinefrin (adrenalin). Hal ini selanjutnya akan merangsang hati untuk
melepaskan gula agar kadarnya dalam darah tetap terjaga.
Metode
Pengukuran Kadar Glukosa
1.
Metode
kimia
Prinsip
pemeriksaan ini, yaitu proses kondensasi glukosa dengan akromatik amin dan asam
glasial pada suasana panas, sehingga terbentuk senyawa berwarna hijau kemudian
diukur dengan fotometri. Beberapa kelemahan atau kekurangan dari metode kimia
adalah memerlukan langkah pemeriksaan yang panjang dengan pemanasan, sehingga
memungkinkan terjadinya kesalahan besar bila dibandingkan dengan metode
enzimatik. Selain itu, reagen-reagen pada metode kimiawi ini bersifat korosif pada alat
laboratorium.
2. Metode enzimatik.
Metode enzimatik pada pemeriksaan
glukosa darah memberikan hasil dengan spesifitas yang tinggi, karena hanya
glukosa yang akan terukur. Cara ini adalah cara yang digunakan untuk menentukan
nilai batas. Ada 2 macam metode enzimatik yang digunakan yaitu glucose oxidase
dan metode hexokinase.
3. Metode glukosa oksidase.
Prinsip pemeriksaan ini adalah enzim
glukosa oksidasi mengkatalisis reaksi oksidasi glukosa menjadi asam glukonat
dan hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan phenol dan 4 – amino
phenazone dengan bantuan enzim peroksidase menghasilkan quinoneimine yang
berwarna merah muda dan dapat diukur dengan fotometer pada λ = 546 nm. Intensitas warna yang terbentuk setara
dengan kadar glukosa darah yang terdapat dalam sampel. Digunakannya enzim glucose oxidase pada
reaksi pertama menyebabkan sifat reaksi pertama spesifik untuk glukosa.
4. Metode hexokinase
Prinsip pemeriksaan pada metode ini
adalah hexokinase akan mengkatalis reaksi fosforilasi glukosa dengan ATP
membentuk glukosa-6-fosfat dan ADP. Enzim kedua yaitu glukosa-6-fosfat
dehidrogenase akan mengkatalisis oksidasi glukosa-6-fosfat dengan nicotinamide
adenine dinocleotide phosphate (NADP+). Pada metode ini digunakan dua macam
enzim yang baik karena kedua enzim ini spesifik. Akan tetapi, metode ini membutuhkan
biaya yang relatif mahal.
Pada percobaan ini Glukosa darah
ditentukan dengan prinsip penentuannya yang didasari pada kemampuan glukosa
untuk mereduksi ion anorganik seperti Cu2+. Glukosa darah akan
mereduksi ion Cu2+ di dalam larutan kupritartrat oleh glukosa darah
menjadi ion kupro (Cu+). Sebelumnya
darah harus bebas protein
(deproteinasi filtrat darah).
Deproteinasi dilakukan karena dalammenentukan kadar glukosa
darah maka albumin/protein dalam darah harusdihilangkan karena protein juga
dapat bereaksi dengan Cu, ketika protein telahterdenaturasi maka tidak akan
mengganggu absorbansi glukosa dengan analisis absorbansinya.
Glukosa darah akan mereduksi Cu2+ dalam
suasana basa, yang hasil reduksinya akan bereaksi dengan arsenomolibdat
menghasilkan warna biru. glukosa dapat mereduksi Cu2+ karena glukosa
merupakan gula pereduksi yang dapat mereduksi senyawa-senyawa penerima
electron. Pada penambahan Ba(OH)2 sampel darah
sedikit menggumpal. Ba(OH)2 ini berfungsi memberikan suasana basa
dan juga mengendapkan ion-ion besi dalam darah. Salah satu ion besi yang
diendapkan adalah ion besi pada haemoglobin , ion besi ini diubah menjadi
molekul Fe(OH)2 berupa endapan merah.
Pada ZnSO4 maka endapan merah dari
sampel semakin banyak dan terakoagulasi menjadi pucat. Penambahan ZnSO4
ini berfungsi untuk mengendapkan dan juga mendenaturasi protein secara
sempurna. Karena berat jenis yang lebih besar dari berat jenis glukosa yang
akan dianalisis, maka pemisahan selanjutnya dilakukan dengan sentrifuge untuk
mengendapkan protein. Pengendapan ini bertujuan untuk memisahkan protein dari
glukosa karena akan mengganggu pengukuran. Penentuan kadar selanjutnya akan
dilakukan dengan cara spektrofotometri. Untuk mengukur arbsorbansinya maka
ditambahkan Cu alkalis dan juga arsenomolibdat. Penambahan Cu alkalis dalam
suasana basa akan mereduksi senyawa Cu2+ menjadi Cu yang bereaksi
dengan arsenomolbdat menghailkan warna biru.
Senyawa Cu2O
yang terbentuk dari hasil penambahan larutan kupritartrat
bereaksi dengan asam fosfomolibdat membentuk senyawa fosfomolibdenumoksida
yang berwarna biru tua. Intensitas warna biru yang terbentuk sebandingdengan
kadar glukosa didalam darah sampel sehingga dapat diukur serapannya secara spektrofotometri. Filtrat bebas
protein dipanaskan dalam larutan tembaga alkalis akan
menghasilkan Cu2O. Kemudian Cu2O direaksikan dengan asam fosfomolibdat yang akan
menghasilkan warna biru yang dapat dibaca pada
spektrofotometer pada panjang
gelombang 660 nm. Intensitas warna biru molibdat ini merupakan ukuran
banyaknya tembaga yang direduksi dengan demikian menyatakan jumlah
glukosa yang diperoleh dibandingkandengan standar. Metode ini memiliki beberapa
keuntungan, antara lain hanya dibutuhkan dua pelarut, filtrat yang terbentuk
lebih netral, dan proses filtrasi ebih cepat.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.

Spektrofotometer
UV-Vis
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran
energi cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day,
2002). Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm,
dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran
spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan energi
elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga
spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif
dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran secara
kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan
mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum
Lambert-Beer (Rohman, 2007). Dibawah
ini adalah perumpamaan jalannya proses pada Spektrofotometer UV-VIS.

Prinsip kerja
spektrofotometri berdasarkan Hukum Lambert Beer, bila cahaya monokromatik
melewati suatu media, maka sebagian cahaya tersebut
diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian di pancarkan. Perubahan warna yang
terjadi diamati dan intensitas warnanya diamati dengan spektronik 20 pada panjang gelombang
maksimum yaitu 660 nm.
Persamaannya yaitu:
A= a x
b x c
Dimana:
A : absorbansi (serapan cahaya)
a : absortivitas
b : tebal kuvet
c : konsentrasi sampel
VI.
ALAT DAN BAHAN
1.
Alat
a.
Spektronik 20 1 set
b.
Sentrifuge 1 set
c.
Tabung reaksi 10 buah
d.
Penangas air 1 buah
e.
Gelas ukur 2
buah
f.
Gelas piala 1 buah
g.
Pipet tetes 10 buah
h.
Pengaduk 1 buah
i.
Penjepit kayu 1 buah
2.
Bahan
a.
Darah
b.
Larutan standar glukosa 2
mg/L
c.
Larutan Cu alkalis
d.
Larutan Ba(OH)2
0,3 N
e.
Larutan ZnSO4.7H2O
5%
f.
Pereaksi arsenomolibdat
g.
Aquades
VII.
PROSEDUR PERCOBAAN
a. Deproteinasi
filtrate darah
![]() |
b.
Penentuan
kadar darah

![]() |
c.
Pembuatan
kurva standart

d. Larutan
blanko
![]() |
VIII. HASIL PENGAMATAN
No.
|
Prosedur Percobaan
|
Hasil Pengamatan
|
Dugaan/Reaksi
|
Kesimpulan
|
|
1.
|
![]() |
Sebelum
|
Sesudah
|
·
kadar glukosa dalam darah normalnya pada orang puasa berkisar 100-125
mg/dL. Sedangkan glukosa darah 2 jam setelah makan glukosanberkisar 140-199 mg/dL
(Konsensus, 2011)
|
Protein
dalam darah terpisah dan diperoleh filtrat berwarna
kekukningan yang bebas
protein
|
- sampel darah: berwarna merah darah
- Na-sitrat
; larutan tak berwarna
- Ba(OH)2 : larutan tidak berwarna
- Aquades : tidak berwarna
- (NH4)2SO4 : larutan
tidak berwarna
- Biuret : larutan berwarna biru
- ZnSO4.7H2O : larutan tidak
berwarna
|
-
Sampel darah + aquades + Na sitrat: larutan berwarna merah sedikit encer
-
Sampel darah + aquades + Ba(OH)2 : larutan berwarna merah bata
-
Sampel darah + aquades + Ba(OH)2 + ZnSO4.7H2O
: larutan agak mengental (merah bata)
-
Sampel darah + aquades + Ba(OH)2 + ZnSO4.7H2O
+ (NH4)2SO4 : larutan berwarna merah sedikit
encer
-
Disentrifuge : terbentuk 2 lapisan
-
Filtrat : larutan agak kekuningan
-
Residu : endapan merah
-
Filtrat + biuret : larutan sedikit berwarna
keunguan
|
||||
2.
|
Penentuan
kadar glukosa darah
![]() |
-
Filtrat darah : agak kekuningan
-
Cu alkalis : larutan berwarna biru (+++)
-
Arsenomolibdat : larutan berwarna kekuningan
|
-
Filtrat + Cu alkalis : larutan biru (+)
-
Dimasukkan air mendidih : terbentuk endapan putih
-
Dimasukkan air dingin : larutan berwarna biru, ada endapan putih
-
Ditambah 2 tetes arsenomo-libdat : endapan sedikit larut, larutan
berwarna biru
-
Absorbansi : 1,123
|
§
![]() ![]() ![]() ![]()
§ Cu2O (s) + arsenomolibdat (aq) ⟶ molybdenum (aq)
|
Kadar glukosa
pada sampel adalah 1,078 mg/mL atau 107,8 mg/100 mL, absorbansi yang
diperoleh sebesar 1,123
|
3.
|
Pembuatan
kurva standar
![]() |
-
Larutan glukosa pada :
·
(0,1;0,3;0,5;0,7;0,9) mg/mL : larutan tidak berwarna
Pereaksi arsenomo-libdat : larutan berwarna kekuningan
|
Larutan
glukosa + Cu alkalis :
-
(0,1;0,3;0,5;0,7;0,9) mg/mL : larutan berwarna biru
Dimasukkan air mendidih :
-
0,1
mg/mL: larutan berwarna biru
-
0,3 mg/mL : larutan berwarna biru kemerahan
-
0,5 mg/L : larutan berwarna biru kemerahan (+)
-
0,7 mg/L : larutan berwarna biru kemerahan (++)
-
0,9 mg/L : larutan berwarna biru kemerahan(+++)
Dimasukkan air dingin 10 menit:
-
0,1
mg/mL: larutan berwarna biru
-
0,3 mg/mL : larutan berwarna biru kemerahan
-
0,5 mg/L : larutan berwarna biru kemerahan (+)
-
0,7 mg/L : larutan berwarna biru kemerahan (++)
-
0,9 mg/L : larutan berwarna biru kemerahan(+++)
-+ 2 tetes arsenomolibdat:
-
0,1
mg/mL: larutan berwarna biru
-
0,3 mg/mL : larutan berwarna biru kemerahan
-
0,5 mg/L : larutan berwarna biru kemerahan (+)
-
0,7 mg/L : larutan berwarna biru kemerahan (++)
-
0,9 mg/L : larutan berwarna biru kemerahan(+++)
Absorbansi :
-
Standar 1 : 0.512
-
Standar 2 : 0.777
-
Standar 3 : 0.767
-
Standar 4 : 0.997
-
Standart 5 ;
0.956
|
Semakin
besar konsentrasi, semakin tinggi nilai absorbansinya
|
Absorbansi
yang diperoleh pada larutan standar :
Glukosa 0,1 mg/mL : 0.512
Glukosa 0,3 mg/mL : 0.777
Glukosa 0,5 mg/mL : 0.767
Glukosa 0,7 mg/mL : 0.997
Glukosa 0,9 mg/mL ;
0.956
R² = 0.8312
Persamaan
yang diperoleh adalah
y = 0.554x + 0.5248
|
4.
|
Larutan
blanko
![]() |
- Aquades : tidak berwarna
- Cu alkalis : larutan berwarna biru (+++)
- Pereaksi arseno-molibdat : larutan berwarna kekuningan
|
-
Aquades + Cu alkalis : larutan warna biru (++)
-
Dimasukkan dalam air mendidih : larutan berwarna biru
-
Dimasukkan dalam air dingin : larutan berwarna biru
-
+ pereaksi arseno-molibdat : larutan berwarna biru
|
Larutan blanko dijadikan sebagai
larutan pembanding yang hasil absirbansinya akan digunakan sebagai auto zero
dari instrument.
|
IX.
ANALISIS
DAN PEMBAHASAN
Percobaan dengan judul Penentuan Kadar Glukosa dalam
Darah ini dilaksanakan pada tanggal 26 September 2018 di laboratorium Biokimia
Universitas Negeri Surabaya. Percobaan ini bertujuan untuk mengatahui kadar
glukosa dalam darah dengan menggunakan bantuan Instrumen Spektrofotometri
UV-Vis. Glukosa, suatu gula monosakarida adalah
salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi
hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu
karbohidrat yang sangat penting dan dibutuhkan sebagai sumber energi dan
merupakan bahan bakar utama bagi otak dan sel darah merah. Glukosa dapat
diperoleh dari makanan yang mengandung karbohidrat (Marks, 1996).
Kadar
glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam
darah. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit
sepanjang hari .
Kadar
glukosa darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa
adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar glukosa darah biasanya kurang dari 120-140
mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung glukosa maupun
karbohidrat lainnya (Price, 2005).
Pada percobaan ini, dialakukan beberapa tahap. Tahap
tersebut ialah deproteinasi filtrat darah, penentuan kadar glukosa darah,
pembuatan kurva standar, dan pembuatan larutan blanko. Selain itu, percobaan
ini diawali dengan mempersiapkan dan membersihkan peralatan yang akan digunakan
seperti tabung reaksi, pipet tetes, gelas ukur, gelas kimia, pengaduk, penangas
air, penjepit kayu, kuvet, spektrofotometer UV-Vis dan sentrifuge. Pembersihan
dilakukan untuk menghilangkan pengotor atau zat pengganggu yang dapat mengkontaminasi dan
mempengaruhi keakuratan hasil akhir. Di samping itu, mempersiapkan pula
bahan-bahan yang akan digunakan yakni larutan Cu alkalis, larutan Ba(OH) 0,3 N,
larutan ZnSO4.7H2O 5%, pereaksi arsenomolibdat, larutan
standar glukosa 1%, dan aquades.
Berikut adalah pembahasan pada tiap tahap yang dilakukan.
1. Deproteinase Filtat Darah
Dipersiapkan 1 mL darah oxalated (encer ) dari salah
seorang praktikkan yang telah sarapan dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge
yang didalamnya telah berisi 3 aquadest serta 3 tetes Na-sitrat. Penambahan aquades ini bertujuan
untuk pengenceran dan agar albumin dalam darah bisa larut. Albumin adalah protein
yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh
panas dan biasanya terdapat dalam serum darah. Na-sitrat berfungsi
sebagai anti koagulan agar darah yang dipersiapkan tidak membeku. Tabung
centrifuge digoyang-goyangkan agar campuran aquadest, Na-sitrat dengan darah
dapat bercampur homogeny.
Kemudian ditambahkan 1
ml Ba(OH)2 0,3 N ; 2 ml ZnSO4.7H2O 5% ; 2 ml (NH4)SO4 0,5 N ke
dalam tabung centrifuge. Penambahan beberapa reagen ini boleh secara acak atau
dicampurkan terlebih dahulu sebelum ditambahkaan ke dalam tabung sentrifuge
karena ketiga reagen tersebut memiliki fungsi masing-masing. Penambahan Ba(OH)2
berfungsi untuk memberikan suasana
basa pada larutan darah. Karena adaya kondisi pH yang cukup ekstrem(basa) dapat
mengakibatkan protein yang ada dalam darah mengalami proses denaturasi. Selain
itu, penambahan (NH4)SO4 juga dapat membantu proses
denaturasi dari protein. Karena sifat dari (NH4)SO4 yang
sangat higroskopis, sehingga ia dapat mengikat air yang berada di dalam darah,
sehingga protein-protein yang berada di dalam darah menjadi terdenaturasi.
Penambahan ZnSO4.7H2O berfungsi untuk mempercepat reaksi
denaturasi dari protein darah karena ia dapat memberikan jalan reaksi baru yang
memiliki energy aktivasi lebih kecil dari energy aktivasi yag sebelumnya
sehingga reaksi dapat berjalan lebih cepat. Selanjutnya, didiamkan selama 15 menit, tujuan dari
didiamkan adalah agar proses pengendapan albumin bisa sempurna, barulah
kemudian disentrifuse selama 15 menit pada kecepatan 3500 rpm. Tujuan
disentrifuge ini adalah untuk memisahkan filtrat dan residu secara maksimal.
Setelah disentrifuge , darah
terpisah menjadi dua fasa yaitu filtrate dan endapan. Filtrate yang didapat
merupakan suatu larutan berwarna sedikit kekuningan dan endapan yang berwarna
merah bata. Filtrate yang didapatkan tersebut merupakan filtrate darah yang bebas protein yang dapat
dipastikan dengan melakukan uji biuret. Hasil dari sentrifuge kemudian di
dekantasi untuk memisahkan antara filtrate dengan endapan yang tebentuk.
Filtrate yang di dapat kemudian diambil sebanyak 1 mL dan ditambahkan 3 tetes
larutan biuret. Penambahan biuret
menyebabkan filtrate sedikit berubah warna menjadi sedikit keunguan. Padahal
seharusnya, jika benar-benar filtat darah tersebut telah bebas protein maka
akan menunjukkan warna filtart yang berwarna biru karena reagen biru tidak
bereaksi dengan protein, sehingga dapat diketahui bahwa filtart draah tersebut
masih mengandung sedikit protein yang nantinya akan menganggu proses pembacaan
kadar di dalam spektrofotometer.
Pembuatan
larutan untuk kurva standart
Pada percobaan ini bertujuan untuk membuat
kurva standar, sehingga akan diperoleh kurva yang memiliki persamaan regresi
untuk digunakan sebagai penentuan kadar glukosa darah pada sampel darah. Disiapkan larutan standart glukosa dengan konsentrasi 0,1 mg/mL ;
0,3 mg/mL ; 0,5 mg/mL; 0,7 mg/mL; dan 0,9 mg/mL. larutan standart tersebut
didapatkan dengan cara melakukan pengenceran bertingkat pada larutan standart
glukosa yang memiliki konsentrasi 2 mg/mL. Kemudian, masing-masing larutan
sstandart glukosa dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke dalam masing-masing
tabung reaksi. Ditambahkan masing-masing
3 mL reagen Cu alkalis yang dapat dibuat dari larutan Nelson A dan Nelson B
dengan perbandingan 4:1. Penambahan reagen Cu alkalis ini mengakibatkan larutan
standart berubah warna menjadi biru muda. Kemudian dipanaskan diatas penangas
air selama 15 menit. Proses pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat reaksi
redoks antara Cu alkalis dengan glukosa standart. Cu2+ yang berasal
dari CuO akan berperan sebagai oksidator glukosa yang rantai tertutupnya putus
sehingga menjadi rantai terbuka karena adanya proses pemanasan dan Cu2+ pun akan lebih mudah untuk mengoksidasi
glukosa menjadi asam glukonat. Glukosa yang berperan sebagai reduktor, akan
mereduksi Cu2+ dari CuO
menjadi Cu2O sehingga terbentulah endapan merah bata. Setelah proses
pemanasan, larutan standart glukosa 0,1 mg/mL berubah warna menjadi biru sedikit
kemerahan, larutan standart glukosa 0,3 mg/mL berubah warna menjadi biru
sedikit kemerahan(+), larutan standart glukosa 0,5 mg/mL berubah warna menjadi
biru kemerahan(++), larutan standart 0,7 mg/mL menjadi berwarna biru
kemerahan(+++) dan larutan staandart glukosa 0,9 mg/mL berubah warna menjadi
biru kemerahan(++++).

Setelah dipanaskan selama 15 menit, kelima larutan standart
kemudian dimasukkan dalam air dingin selama 10 menit untuk menghentikan reaksi
redoks antara glukosa dengan Cu alkalis, karena jika masih terjadi reaksi saat
dimasukkan ke dalam spektrofotometer, maka hasil absorbansi yang didapatkan
tidaklah valid karena nilainya sellau berubah-ubah. Selain itu, proses
pendinginan juga berfungsi untuk mengoptimalkan kerja larutan arseno molibdat
yang akan ditambahkan setelahnya. Kemudian
ditambahkan 3 tetes arseno molibdat yang sedikit berwarna kekuningan.
Penambahan 3 tetes arsenomolibdat ini tidak mengubah tampilan fisik dari
larutan standart, baik endapan yang terbentuk maupun warna larutan standart.
Penambahan larutan arseno molibdat bertujuan untuk mengoksidasi kembali Cu+
menjadi Cu2+ .
Cu2O (s) + arsenomolibdat (aq) ⟶ molybdenum (aq)
Larutan standart kemudian dilakukan uji dengan menggunakan alat
spektrofotometer UV-Vis dengan panjang
gelombang 660 nm untuk mengetahui nilai absorbansinya sehingga dapat dibentuk
kurva standart yang nantinya digunakan sebagai pembanding absorbansi bagi
larutan sampel darah agar dapat diketahui konsentrasinya. Spektrometer UV-Vis adalah sebuah instrumen untuk mengukur
absorbsi/penyerapan cahaya dengan energi (panjang gelombang) tertentu oleh
suatu atom/molekul. Dalam praktikum ini pengukuran dilakukan pada panjang gelombang pada panjang gelombang 660 nm. Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan
Hukum Lambert Beer, bila cahaya monokromatik melewati suatu media, maka sebagian cahaya tersebut
diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian di pancarkan.
Faktor yang mempengaruhi adalah konsentrasi dan bentuk wadah. Perubahan warna
yang terjadi diamati dan intensitas warnanya diamati dengan spektrofotometri UV-Vis
pada panjang gelombang maksimum yaitu 660 nm.Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang
tersebut karena warna hijau(warna
komplementernya biru) memiliki rentang panjang gelombang pada
610-750 nm.
Pembuatan larutan blanko
Larutan blanko dibuat sebagai larutan standar
pembanding, dimana dari larutan blanko ini dapat diperoleh nilai
absorbansi yang sebenarnya tanpa
ada partikel-partikel lain didalam larutan
tersebut. 1 mL aquades yang tidak berwarna
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 mL
larutan Cu alkalis, larutan berubah warna menjadi berwarna. Kemudian larutan
dimasukkan kedalam air mendidih selama 15 menit, dimana pemanasan ini bertujuan
untuk mempercepat laju reaksi antara Cu alkalis dengan aquadest, lalu larutan
didinginkan. Selanjutnya ditambahkan 1 mL pereaksi arsenomolibdat yang
berwarna kekuningan. Selanjutnya larutan diukur
absorbansinya dengan metode spektofotometri Uv-Vis pada panjang gelombang 660 nm. Panjang
gelombang tersebut berada di rentang warna antara biru-hijau. Sehingga
digunakan panjang gelombang 660 nm dikarenakan panjang gelombang maksimal untuk
analat warna biru adalah 660 nm.
Pembuatan sampel uji
glukosa darah
1 mL filrat darah bebas protein berwarna
kekuningan dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 3 mL larutan
Cu alkalis berwarna biru muda. Kemudian
dipanaskan diatas penangas air selama 15 menit. Proses pemanasan ini bertujuan
untuk mempercepat reaksi redoks antara Cu alkalis dengan glukosa darah. Cu2+
yang berasal dari CuO akan berperan sebagai oksidator glukosa dalam darah yang
rantai tertutupnya putus sehingga menjadi rantai terbuka karena adanya proses
pemanasan dan Cu2+ pun akan
lebih mudah untuk mengoksidasi glukosa menjadi asam glukonat. Glukosa yang
berperan sebagai reduktor, akan mereduksi Cu2+ dari CuO menjadi Cu2O sehingga
terbentulah sedikit endapan merah bata.

Setelah proses pemanasan, laruatan tetap berwarna biru muda dan
terbentuk gumpalan yang berwarna putih. Gumpalan ini merupakan sisa dari reagen
yang digunakan dalam proses deproteinase darah (Ba(OH)2 , ZnSO4.7
H2O dan (NH4)2SO4 yang dapat
bereaksi dengan Cu alkalis membentuk gumpalan berwarna putih.
Setelah dipanaskan selama 15 menit, larutan filtrat glukosa
kemudian dimasukkan dalam air dingin selama 10 menit untuk menghentikan reaksi
redoks antara glukosa dengan Cu alkalis, karena jika masih terjadi reaksi saat
dimasukkan ke dalam spektrofotometer, maka hasil absorbansi yang didapatkan
tidaklah valid karena nilainya sellau berubah-ubah. Selain itu, proses
pendinginan juga berfungsi untuk mengoptimalkan kerja larutan arseno molibdat
yang akan ditambahkan setelahnya.
Kemudian ditambahkan 3 tetes arseno molibdat yang sedikit berwarna
kekuningan. Penambahan 3 tetes arsenomolibdat ini tidak mengubah tampilan fisik
dari larutan glukosa daraht, baik gumpalan yang terbentuk maupun warna biru
larutan. Penambahan larutan arseno molibdat bertujuan untuk mengoksidasi
kembali Cu+ menjadi Cu2+ .
Cu2O (s) + arsenomolibdat (aq) ⟶ molybdenum (aq)
Larutan standart kemudian dilakukan uji dengan menggunakan alat
spektrofotometer UV-Vis dengan panjang
gelombang 660 nm untuk mengetahui ansorbansinya yang nanti dapat ditentukan
kadar glukosa dalam darah melalui pembanding kurva standart yang telah
terbentuk.
Berdasarkan uji dengan menggunakan
instrument spektrofotometer UV-Vis, didapatkan nilai absorbansi larutan
standart yaitu :
-
Standar
1(0,1
mg/mL) : 0.512
-
Standar
2 (0,3
mg/mL) : 0.777
-
Standar
3
(0,5 mg/mL) : 0.767
-
Standar
4
(0,7 mg/mL) : 0.997
-
Standart 5(0,9 mg/mL) ;0.956
Sehingga didapatkan
kurva standart :

Berdasarkan
kurva di atas, diperoleh regresi (R2) sebesar 0,8312. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh kurang akurat karena regresi yang
dihasilkan jauh dari 0,9999 atau 1. Ini mendandakan bahwa standar yang
digunakan kurang
bagus sehingga menghasilkan
absoransi yang naik turun. Hal ini dapat terjadi dikarenakan kuffet yang
digunakan untuk uji dengan spektrofotometer UV-Vis terkontaminasi oleh sidik
jari parktikkan sehingga menyababkan nilai absorbansi yng dihasilkan kurang
valid karena sidik jari yang menempel pada kuffet juga ikut menyerap sinar yang
dipancarkan. Kurva standart yang telah didapatkan, kemudian dijadikan sebagai
pembanding untuk uji kadar glukosa dalam darah.
Dari hasil uji menggunakan instrument
spektrofotometer UV-Vis , didapatkan nilai absorbansi sampel sebesar 1,123
dengan kadar glukosa sebesar 1,078 mg/mL atau 107,8 mg/100mL. hasil absorbansi
yang didapatkan melebihi batas LOD dari instrument spektrofotometer UV-Vis yang
berada dalam rentag absorbansi 0,1-1. Sehingga hasil yang didapatkan merupakan
hasil yang kurang valid karena nilai absorbansinya melebihi batas LOD karena
instrument menggunakan fungsi asumsinya. Hal ini dapat terjadi dikarenakan kuffet
yang digunakan dalam proses uji, terkontaminasi oleh sidik jari praktikkan
sehingga mengakibatkan absorbansi yang dihasilkan lebih besar dari yang
seharusnya.
X.
KESIMPULAN
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1.
Sampel darah masih berubah warna menjadi
sedikit keunguan ketika diuji biuret menandakan sampel darah masih mengandung
sedikit protein.
2.
Kadar
glukosa yang diperoleh berdasarkan uji dengan spektrofotometer ialah sebesar
1,078 mg/L atau 107,8 mg/100 mL dengan absorbansi sebesar 1,123.
3.
y = 0.554x + 0.5248
R² = 0.8312
R² = 0.8312
Sehingga didapatkan
kadar glukosa darah secara teoritis:





XI.
DAFTAR
PUSTAKA
Achjadi K. 2003. Penyakit Gangguan Metabolisme. Bogor
: IPB Press.
Aswani,
V. 2010. How well do you understand blood
glucose level? Available from: http://medscape.com/viewarticle/438114
Cranmer,
H., dan Shannon, M. 2009. Blood Glucose
Levels: Medical Reference from Healthwise. Hypoglycemia Diabetes Health
Center.
Henriksen,
EJ. 2009. Exercise effects of muscle
insulin signaling and action invited review: effects of acute exercise and exercise
training on insulin resistance. J Appl Physiolgy. Arizona: University of
Arizona College of medicine. 93: 78-796.
Irawan,
M.A., 2007. Glukosa dan Metabolisme
Energi. Sport Science Brief. 1(6): 12-5.
Joyce,
LeFever. (2013) Pedoman Pemeriksaan Laboratorium
& Diagnostik Edisi 6. Jakarta : EGC.
Marks,
B D; A. D. Marks; dan C. M. Smith. 1996. Biokimia
Kedokteran Dasar : Sebuah Pendekatan Klinis. Alih Bahasa Brahm U. Pandit.
Jakarta : EGC Penerbit Buku kedokteran.
PERKENI.
Konsesus Pengelolaan Diabetes Mellitus
Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PERKENI; 2011.
Poedjiadji, Anna. 1994. Dasar-dasar
Biokimia. Penerbit UI-Press:Jakarta.
Tim Dosen. 2016.
Petunjuk Praktikum Biokimia I.
Surabaya : Jurusan Kimia Unesa.
Price,
S.A., dan Wilson, L. M., 2005, Patofisiologi:
Konsep Klinis Prosesproses Penyakit, Edisi 6, Vol. 2, diterjemahkan oleh
Pendit, B. U., Hartanto, H., Wulansari, p., Mahanani, D. A.,Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
R.A.Day dan A.L.Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif edisi ke-6. Jakarta
: Erlangga
XII.
JAWABAN
PERTANYAAN
Soal
1.
Tentukan kadar glukosa darah dalam mg
glukosa/100 mL darah!
2.
Apa fungsi proses pendidihan pada
percobaan diatas?
3. Jelaskan
peranan hormone insulin dalam proses pengaturan kadar glukosa!
Jawab:
1.
y = 0.554x + 0.5248
R² = 0.8312
R² = 0.8312
Sehingga didapatkan
kadar glukosa darah:





2.
Fungsi pendidihan dalam percobaan diatas
yaitu untuk menambah laju reaksi. Selain itu juga berfungsi untuk melepas
ikatan siklik dari glukosa sehingga gugus aldehid dari glukosa dapat mereduksi
ion kupri (Cu2+) di dalam larutan kupritartrat menjadi ion kupro (Cu+)
dalamsuasana basa.
3. Peranan
hormone insulin dalam proses pengaturan kadar glukosa:
a.
Menurunkan kadar glukosa plasma dengan
cara meningkatkan ambilan glukosa oleh jaringan lemak
b.
Menghambat enzim fosforilase
c.
Merangsang
pengubahan glukosa ke glikogen untuk disimpan dalam hati
d.
Membantu
glukosa dalam darah masuk ke sel untuk menghasilkan tenaga
e.
Merangsang
oksidasi glukosa untuk tujuan respirasi dalam sel
Sehingga apabila kadar glukosa
terlampau rendah, kurang dari jumlah normal, sel alfa pada kelenjar Langerhans akan mengsekresikan lebih banyak
hormon glukagon, sehingga kadar glukosa dalam darah akan naik, proses ini akan
berlanjut sehingga kadar glukosa dalam darah berada pada jumlah normal.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN PENGENCERAN
1.
Standart
glukosa = 0,9 mg/mL =




2.
Standart
glukosa = 0,7 mg/mL




3.
Standart
glukosa = 0,5 mg/mL




4.
Standart
glukosa = 0,3 mg/mL




5.
Standart
glukosa = 0,1 mg/mL





Konsentrasi
|
Absorbansi
|
0.1
|
0.512
|
0.3
|
0.777
|
0.5
|
0.767
|
0.7
|
0.997
|
0.9
|
0.956
|
LAMPIRAN FOTO
![]()
Bahan
Bahan yang digunakan untuk Percobaan Penentuan Kadar Glukosa Darah
|
![]()
Larutan
Nelson A dan B yang digunakan untuk Membuat Larutan Cu Alkalis
|
![]()
Persiapan
larutan Ba(OH)2, ZnSO4, dan (NH4)2SO4
untuk alur deproteinase filtrat darah
|
![]()
Larutan
Nelson A dan B yang sudah dicampur untuk Membuat Larutan Arsenomolibdat
|
![]()
Larutan
standar glukosa dan larutan blanko sebelum dipanaskan
|
![]()
Larutan
standar glukosa dan larutan blanko sesudah dipanaskan dan ditetesi
arsenomolibdat
|
![]()
2mL
darah ditambahkan aquades, larutan Na-sitrat, Ba(OH)2, ZnSO4,
dan (NH4)2SO4
|
![]()
2mL
darah ditambahkan aquades, larutan Na-sitrat, Ba(OH)2, ZnSO4,
dan (NH4)2SO4
Disentifuge
dengan kecepatan 3500rpm selama 15 menit
|
![]()
Hasil
2mL darah ditambahkan aquades, larutan Na-sitrat, Ba(OH)2, ZnSO4,
dan (NH4)2SO4 disentifuge dengan kecepatan
3500rpm selama 15 menit
|
![]()
Filtrat
darah hasil alur deproteinase filtrat darah ditetesi larutan biuret berwarna
keunguan menandakan masih adanya protein dalam filtrat
|
![]()
Filtrat darah ditambahkan
larutan Cu-alkalis
|
![]()
Filtrat darah ditambahkan
larutan Cu-alkalis dipanaskan selama 15 menit
|
![]()
Filtrat darah ditambahkan
larutan Cu-alkalis didinginkan selama 10 menit
|
![]()
Filtrat darah ditambahkan
larutan Cu-alkalis
Sebelum
diukur absorbansinya dengan spektrofotometer
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar